Tanggal 6 September 2013, saya mendapat kehormatan untuk berbicara di sekelompok Ibu – ibu di daerah Gading Serpong. Saya saat itu bersama adik ipar saya yang datang dari Toronto yang juga membawa bayinya yang berumur 11 bulan. Setelah selesai dari acara, saya segera menjemput adik ipar saya untuk makan siang di Soto H. Mamat. Salah satu tempat makan favorite saya. 

Kami ingin bergegas pulang segera setelah selesai makan, mengingat hari ini Jumat. Potensi macetnya 100 persen. Tentunya kami mau menghindari itu, apa lagi dengan membawa bayi bersama kami. Akhirnya kami segera meluncur pulang. Asyik…. Jalanan masih lancar. Tapi kepala saya sedikit pusing karena kurang minum air, dehidrasi! Dan hari itu asliii…. panas sekali. Di tol Kebon Jeruk, jalanan sedikit tersendat karena antrian masuk tol. Mobil – mobil berjalan pelan  menunggu giliran dan tiba tiba… Duk..duk… Mobil saya ditabrak  dari belakang.

Saya segera melihat ke belakang, seorang gadis cantik berambut panjang tampak kebingungan. Sopir saya segera turun dan melihat ke belakang mobil. Dan segera menghampiri anak muda yang kebingungan itu. Sementara itu saya segera menelepon ke rumah dan bertanya  harga yang sudah dibayar untuk asuransi minggu kemarin. Kebetulan satu mobil lagi baru keluar dari asuransi. Kemarin Rp. 400.000 katanya. oh ok! maklum… Saya juga ga pernah ngurus asuransi.

Ya sudah, saya pikir yang penting untuk cover asuransi aja lah! Daripada debat kusut. Well, menurut sopir saya, sang gadis minta maaf dan mengeluarkan Rp. 50.000.  Supir saya pun meresponi dengan nada yang tidak senang dan berkata ngomong aja dengan yang punya mobil. Sang gadis cantik datang mengetuk kaca jendela saya dan berkata minta maaf. Sambil terus memegang iPhone-nya dan sambil mengetik. Saya melihat jelas nail arts yang simple tapi rapi.

“Kamu lagi chatting, ya?”, tanya saya.

“Ga kok Tan, lagi ga konsen aja!”

Sementara jarinya tetap mengetik sembari mata yang sebentar – sebentar melihat ke iPhone.

Hmm….  She did not even focus on me karena ngetik terus.

“Ya udah kamu beresin aja untuk asuransi”, kata saya.

“Saya cuma punya Rp 100.000”, katanya lagi.

Saya mengerti kalau ia coba bernegosiasi tapi saya yang lagi pusing kepanasan menjadi sedikit kesal dengan attitude-nya.

“Saya baru telepon dan saya dapat info Rp. 400.000”, kata saya lagi.

Ini bukan urusan uang yang membuat saya kesal tapi lebih ke attitude.

Somehow… saya bisa membaca isi pikirannya.

Akhirnya Esa pun berkata, “saya tanya mama saya, mama saya akan transfer nanti. Tapi karena masih di kantor, nanti dibereskan. Saya pasti tanggung jawab, Tante.”

Kira – kira begitulah bahasanya.

Kata – katanya meyakinkan saya.

Sopir saya sudah panas dan berkata, “Ambil saja STNK-nya, Bu! Soalnya seenaknya aja, kita bales aja..”

Saya memegang janji Esa utk mentransfer uang asuransinya. Karena waktu makin berjalan, apalagi dengan bayi di dalam mobil maka saya segera pulang.

Well, sekedar informasi saja, buat Anda yang aktif di jalan. Dalam ilmu lalu lintas, yang menabrak dari belakang pasti salah. Penyebabnya karena mereka tidak menjaga jarak aman kendaraan.

Buat saya…  Mobil hanyalah barang, saya tidak mau terikat secara emosi dengan benda – benda mati tapi tetap  memelihara barang – barang yang dipercayakan kepada kita.

Keesokan hari, tidak ada tanda – tanda transfer-an dari Esa.

Saya akhirnya memanfaat situasi ini untuk MENCARI anak – anak muda dengan good attitude.

Dan tentunya untuk itu saya harus melakukan tes yang menyangkut dengan attitude.

Saya segera mengirimkan sms dan memulai dengan perkataan datar.

“Hai Esa, bagaimana urusan mobil kemarin? Apa sudah transfer? Tolong info ke saya. Terima kasih karena mau bertanggung jawab”

Tidak ada balasan.

Lalu saya kembali sms.

“Esa, saya tunggu niat baik ya, saya harap kepercayaan saya tidak disalahgunakan”.

10 menit sesudah itu saya menerima SMS yang membuat saya berpikir positif tentang anak muda  ini.

Esa menjawab sms, “Tante saya niat bayar tapi hanya Rp 200.000 krn biasa saya klaim seperti itu, terserah Tante mau atau tidak. Lebih dari itu saya tidak mau tanggung jawab.”

Saya terseyum membaca sms-nya, lalu membalas dengan positif.

“Senang menemukan remaja yang bertanggung jawab di zaman ini. Kamu luar biasa. Ya sudah gpp, setelah transfer tolong info”

Hari itu saya senyum.

Di otak saya saya berpikir… setelah Esa menyelesaikan tanggung jawabnya, saya akan menelponnya berkata, “Kamu harus bangga dengan dirimu sendiri, karena kamu belajar bertanggung jawab atas kesalahanmu! Itu tanda kedewasaan.”

Saya berpikir saya akan membuatnya bangga atas keputusannya.

I don’t know why, saya selalu bersemangat untuk bertemu dengan anak – anak muda yang punya good attitude.

Attitude is more than anything.

Tapi…..  Dugaan saya meleset, saya kecewa.

Tidak ada kabar setelah itu dari Esa.

Bukan kecewa karena uang ya, tapi kecewa tidak menemukan young people with good attitude.

Saya menutup percobaan saya dengan Esa  disms dengan mengetik, “Saya tau kamu menghindari saya, setelah 4 hari”.

Pencarian saya berhenti sampai disini.

Saya tidak akan mencoba lagi.

Its not about money, money comes, money go! Good attitude last forever.

Perenungan yang saya dapat jauh lebih berharga lewat hal ini.

Mari kita belajar dari my story kali ini. Saya yakin banyak yang mengalami hal seperti yang kami alami.

Belajarlah bertanggung jawab dengan hidup kita dan orang lain jika kita lakukan kesalahan. Ketika kita melakukan hal yang benar, sebetulnya kita sedang membangun fondasi batu di rumah kehidupan kita, yang makin lama makin tegas berdiri. Sebaliknya, jika tidak, kita sedang membangun rumah kita di atas fondasi pasir, sehingga ketika  badai persoalan datang, rumah itu mudah runtuh. Untuk mengubah dunia, harus dimulai dari mengubah diri sendiri.

Saya ingin berseru dengan nyaring dan berkata:

Hai Anak muda yang berkarakter, adakah engkau disana? Tunjukkan dirimu! Bangsa ini butuh engkau!