Beberapa kali “jalan sendiri” ke luar negeri, kami kembali melakukan hal sama dengan Jepang (Japan Holiday). Satu tahun lalu, dengan promosi tiket murah, kami membook tiket untuk 5 orang. Saya sekeluarga dan satu keluarga sahabat memang sering jalan bareng untuk liburan. Tujuan liburan kami ke Jepang di saat musim dingin. Maklum, anak – anak ingin bermain salju yang susah didapat di Indonesia.

Kami memutuskan untuk menyewa mobil dan nyupir di Jepang, supaya ga capek angkat – angkat koper. Setelah bertanya sana sini dan survey sana sini. Kami dikejutkan oleh  informasi bahwa orang Indonesia tidak boleh menyupir di Jepang. Waduhh…! Tidak ada cara lain selain transportasi umum. Phew… its gonna be hactic..

Pesawat pun mendarat di Jepang. Yeaaahhh! Cuaca yang dingin membuat kami buru – buru mengeluarkan jaket dari koper. Kami terkesima dengan bersihnya kota ini. Belom lagi hampir semua diperlengkapi dengan mesin dan tombol. Salah satunya toilet. Satu sisi  saya juga kuatir karena tidak banyak yang bisa berbahasa Inggris. Ini komunikasi antara ayam dan bebek.

Selama 2 minggu, kami mengunjungi kota Hakone, Kyoto, Takayama, Osaka dan Tokyo. Tentunya layaknya orang lokal, kami dengan menggunakan kereta, bus,  dan tak lupa mencoba bullet train (shinkanzen) yang berkecepatan 350 km/jam. Karena tidak terbiasa, budaya antrinya yang tertib membuat saya cukup stress. Namun saya kagum alangkah tertibnya mereka.

Seperti biasa, di kota manapun di pelosok dunia, saya akan mengunjungi pasar dan supermarketnya. Sekedar untuk membeli bahan – bahan makananan yang baru. Bicara tentang kuliner Jepang.. Hmmm yummy! Harus diakui bahwa bahan dasar makanannya memang premium, jadi dengan bumbu yang minimal saja, sudah enak. Katakanlah hida beef di daerah Takayama, heemmm…. daging sapi ini  hanya diberi garam lalu dibakar, dagingnya sangat lembut, serasa meleleh di mulut. Sushi-nya pun tak kalah enaknya. Ikannya segar dan harganya relatif lebih murah. Tapi hati – hati dengan wasabinya…. phewwww pedasnya menyengat hingga membuat saya mengeluarkan airmata. Saya juga membeli buah – buahan hasil Jepang yang “tidak murah” tapi memang kualitas dan rasanya top markotop. The best fruits I’ve ever tasted.

Saya juga mencoba tsukemen (dip ramen), dan beberapa macam ramen yang ada juga pengalaman tersendiri. TENTUNYA, tak lupa saya mengunjungi shukiji fish market. Walaupun saya harus bela – belain bangun jam 5 pagi di kala musim dingin lagi. Suhu menunjukan -5’C. Tapi ga sah kayaknya kalau udah nyampe Jepang dan tidak mengunjungi pasar ikan yang terbaik di dunia ini. Ragam seafoodnya luar biasa. dan luar biasa fresh. Alhasil saya membeli oyster, sashimi dan toro (fatty tuna belly) yang yummy….. what an experience.

Ketika kami berada di stasiun kereta dari Hakone menuju Takayama, dan sudah tiba waktu untuk makan siang. Saya harus membawa anak – anak yang kelaparan untuk makan terlebih dahulu, sementara suami sedang check in. Sampailah kami di “warung” ramen/kari yang terdekat. Saat ingin memesan makanan, saya terkejut karena yang tersedia adalah mesin untuk memesan makanan tanpa ada ada instruksi dalam bahasa inggris juga tanpa gambar…. nahh lho…. saya akhirnya beranikan diri untuk mencoba memencet2 tombol yang ada dan mengingat  makanan yang saya mau lewat harga yang terterah…. alhasil yang makanan yang dipesan beda hahahahaha. Ya … sudahlah, makan aja lah ga usah pake mikir. Menariknya.. sesudah makan, kami harus membawa piring kotor sendiri dan mengelap meja sendiri…. wow.. memang budayanya beda yaaaaa. Belom lagi tempat makan ramen tidak disediakan kursi. Artinya makan sambil berdiri. Pengalaman full self service membuat saya kagum. Betapa efektifnya cara kerja orang jepang.  Banyak hal yang bisa dipelajari disini.

I love Japan, a city i would like to visit again.