Tidak terasa hampir 3 tahun aku melawati masa kejayaan sebagai Masterchef Indonesia 2012.  Masa-masa penuh kemenangan , namun juga penuh dengan kesedihan dan tekanan. 2012-1014 adalah masa dimana kesibukan melonjak 2-3 kali lipat. Seolah olah ini adalah masa untuk mengeruk uang dari hasil prestasiku di Masterchef. Kerja,kerja dan kerja.

Nasehat-nasehat untuk menjaga kejayaanku selaku “new superstar” menjadi pemicu sekaligus tekanan.  “HARUS EXIST TERUS”, itu adalah pesan yang sering ke dengar dari teman-teman yang mendukungku. Aku tau, tujuan mereka baik, tapi aku tau pribadiku sendiri. Aku sangat tau apa yang aku mau.

Mungkin tidak banyak yang tau bahwa aku sempat menyembunyikan diri selama sebulan paska kemenangan ku di Masterchef Indonesia . Aku takut keluar rumah, mungkin karena “mendadak jadi selebriti”. Rasa takut dimanfaatkan oleh orang lain membuatku memutuskan untuk  mengeram dirumah. Kalau belanja bahan-bahan makanan, yaaa… titip staff saya aja. Sungguh aku kehilangan kesenanganku untuk berbelanja dipasar dll. Orang2 yang berbisik-bisik saat melihatku dan mengajak foto membuatku tidak nyaman. Menyembunyikan diri paska selama sebulan menang Masterchef[/box] Mungkin karena tujuan utamaku memang bukan untuk popularitas, begitu hal itu datang, aku malah kurang nyaman.  Tapi tentunya tujuan orang berbeda-beda, gak bisa dipukul rata. Ga ada salahnya juga menjadi popular lalu bisa menolong orang lain. Tapi gimanapun juga, hal ini membuat aku mengerti mengapa banyak artis-artis yang suka bikin sensasi untuk menjaga eksistensi mereka.

Lombanya  sih tahun 2012, tapi rasanya rasa kangen dan kehilangan waktu kebersaman dengan mereka baru muncul tahun ini. Aku berkata pada diriku, sebisa mungkin aku akan meluangkan waktu dengan anak-anak diwaktu malam. Berdoa bersama dan menemani mereka tidur sambil ngobrol-ngobrol tentunya.  Aku ingin membayar masa-masa ku tanpa meraka. Bukan karena rasa bersalah tapi saat ini aku sangat menikmati rasa kebersamaan itu.  Dipeluk, dicium , ngobrol.. aku sungguh ngerasa banget menjadi seorang ibu, Aduuhh….senengnyaa..

Well .. anyway, ini bukan pokok utama yang ingin aku bicarakan. Tapi yang satu ini. Tahun ini 2015 adalah tahun dimana aku sangat menikmati hidupku sebagai seorang ibu. Aku sengaja mengatur jadwal ku untuk tidak terlalu sibuk, supaya bisa seimbang antara kerjaan dan keluarga. Seringkali ketika aku mendengar dan melihat temen-teman  kontestan yang sibuk dengan show sana dan sini. Sering kali juga suami ku bilang “wah… si anu ada masak di sini, si anu ada acara di sini, si anu bintang iklan disini.. bla-bla-bla. Saya kembali bertanya “ Kamu mau aku sibuk? Lalu ninggalin anak-anak lagi untuk kerjaan?” Segera suamiku menggeleng! Aku Cuma senyum dan dalam hatipun berkata “ Aku juga gak mau”.

Bulan ini masih juga bulan sibuk. Walaupun aku jarang sekali muncul di TV, tapi kegiatan off air,  cukup menyita waktuku. Belom lagi sebagai seorang Direktur di Hotel milik keluargaku NOVILLA BOUTIQUE RESORT, aku harus berangkat setiap bulan untuk control kerjaan. Begitu juga kegiatanku sebagai chef consulant di salah satu perusahaan Jepang ynag bergerak di bidang flavor. BUkan hanya itu saja, nama inspirationalchef yang aku pilih bertujuan untuk memberi inspirasi bagi banyak orang. PAnggilan sebagai seorang pembicarapun adalah salah satu jadwal yang harus aku lalui.

Sudah dua malam berturut-turut, saya dan suami pulang malam,  sehingga tidak ikut berdoa bersama dan menemani anak-anak tidur. Biasanya jika kami sedang keluar, anak sulungku yang akan memimpin doa keluarga sebelum tidur. Malam ini, sesampai dirumah, aku menemukan secarik kertas yang sangat menyentuh hatiku , tertulis,

20150924_213414

Yang tersayang, mama dan papa,

Kami sangat sayang padamu.

Jika kalian sudah tiba, (artinya  sekarang),

masuklah ke kamar dan beri kami pelukan dan ciuman hangat.

Jika kami masih terbangun (kemungkinan besar sih tidak)

tinggalah bersama kami sesaat mungkin 5 menit, karena itu akan menghantar kami tidur dengan nyenyak.

Dianne & Jason.

Lihat di belakang kertas ini,

kami ada sesuatu buatmu.

Kalau kami belum tidur, jangan marah yaaa.

 

Selesai membaca surat ini, aku bergegas menuju kamar mereka menemukan mereka sudah tertidur.  Tanpa menunda aku memberi mereka ciuman dan peluk hangat, disusul oleh suamiku juga.

How wonderful.

Bagi anak-anak, KASIH diterjemahkan dengan WAKTU.  Tanda kita mengasihi mereka adalah memberi waktu bagi mereka. Seringkali , kita sebagai orang tua mencoba mensubsitusi waktu kita dengan barang, berpikir bahwa anak-anak kita akan senang dengan itu. Ya… mereka pasti senang. Itu mungkin hadiah yang bagus, tapi bukan hadiah yang terbaik.

Tapi bagaimana jika suami-istri harus bekerja? Sesering mungkin bangun komunikasi dengan anak. Tanya kabar mereka, ceritakan bagaimana hari-hari mereka sekolah dll. Tapi yang lebih penting adalah berdoa bagi mereka. Waktu malam sebelum tidur, pikiran anak-anak akan lebih terbuka untuk berbicara tentang isi hati mereka, Pakai kesempatan itu.

Saya dan suami sesekali melakukan “dating” bersama anak-anak secara bergantian. Diwaktu itulah kami bisa memilik waktu berkualitas dengan mereka.Makan, ngobrol, ketawa-ketiwi. Seru dan efektif karena anak-anak merasa dihargai dan didengar.  Satu saat ketika kita tidak punya apa-apa lagi, kita hanya punya keluarga yang bisa bertahan bersama kita. Bersyukurlah atas keluargamu. Kita mungkin tidak selalu suka dengan tindakan dan perkataan anak-anak kita, tapi mereka adalah keluarga kita. Suami , Jagalah itu dengan setia kepada istrimu. Karena rasa aman anak ada ketika mereka tau papa dan mamanya saling mencintai dan setia satu sama lain. Keluarga adalah harta yang sesungguhnya