Surat untuk Merry Riana,
Jakarta, 28 Febr 2017.
Merry,
Aku khusus membatalkan scheduleku jd pembicara di Bandung yg sudah dijadwal dari tahun lalu; hanya untuk ikut Training Life Mastery ini. Ini sebagai responku atas undangan Merry via coach Tian. Selain urusan kuliner, aku juga pembicara dan pengajar sekolah dan gereja hingga saat ini. Ingin belajar dari sesama motivator, aku hanya ingin observe dan belajar dari gaya panggungnya Merry dan “merasakan” beda training MR dgn training2 yg pernah ku ikuti. 100% yakin, pasti aku bisa “mencontek” ilmu baru.
Namun demikian, aku sadari , ga semudah yg aku pikirkan. Memiliki mental block yang membuatku tidak mudah adaptasi di lingkungan baru dan cenderung kaku jika berada di tengah orang2 yg tdk ku kenal baik. Jauh lebih mudah utkku bicara dlm ibadah yg ratusan bahkan pernah mencapai ribuan, “selagi” hanya sebatas di panggung, dgn cara yg tenang dan elegan. di LM, aku pasti hrs ada di dalam group kecil, tanpa ada satupun yg ku kenal. Pasti harus goyang begini dan begono. Kalo mungkin gua skip dulu deh! Huff… I feel so insecure. Well….ga tau kenapa, aku tetap niat ikut. Aku mengambil strategi dgn mengajak seorang teman baikku Livia, dan kami bisa sama sama belajar. Minimal…, aku merasa sedikit lebih aman.
Hari 1 , pagi hari… yeeeaay…. aku semangat utk datang. Ikut sesi demi sesi, aku mulai struggle dan menyesal, knp aku “nekat” utk join LM, toh.. aku sudah sering ikut training2 yg mirip seperti ini. topik topik yg sama walau suasananya sih memang beda banget. Kalau buat orang banyak SERU! Buatku ini “Terlalu berlebihan”. Shock therapy yang pertama, ketika aku melihat Vivi dan pak Peter dengan semangat 45 lari ke depan saat diminta utk berbagi cerita. Wadau! gak pake jaim! ini bukan gue bangeeeet. Aku pun ga nyaman dgn cara berkenalan yg aku pikir … “ga perlu gitu juga kali?” Tambah lagi dgn dancing2 dan yell2 yang…. . “perlu gitu banget ya? Hatiku berjuang keras mengingatkanku untuk memposisikan diriku dengan benar. Aku ada di dlm team yg lagi mau rebutan life dollars . Kalau aku ga mau participate, jangan sampai gara2 aku, mereka gagal dapet life dollar . Walaupun saya belom sumbangsi $1 pun ke team. Haiiyaaa…… pusing amat sama life dollars.
Merry,
Saat membuat vision board, aku merasa sendiri. Sementara yg lain ingin rumah, income, besar, mobil dll, aku cuma mau badan yg sehat, keluarga yg utuh dan memiliki anak2 yg kuat dan ingin jadi wanita yg menginspirasi bangsa. Aku jd berpikir, jangan2 aku salah, sepertinya aku tdk punya ambisi. Mengapa aku berbeda? Am I in a right place? Baper . Namun hatiku berkata: Just Stay and learn. Terpaksa ku ikuti hatiku ini. Did i enjoy it day 1? Nope! Sensara malah iya. Ahaaa! Mungkin aku bisa cari alasan utk tdk hadir besok. Aku berpikir keras! Battle is on : mind vs heart.
Merry,
Somehow, teman2 sparta 1 luarbiasa… mereka membuatku terpaksa stay karena aku merasa tdk sopan menolak ajakan2 mereka utk selalu makan bersama. Padahal aku sempat berpikir kenapa sih mesti makan bareng? Terperangkap situasi, aku akhirnya ikut aja! Disitu aku banyak menjadi pendengar saja walau kadang2 curhat. Selain, Pak Peter, Vivi, dan pak Tjentra. Teamku memiliki YenYen, yang sangat sweet dan friendly. Alung yg suaranya selalu mengelegar. Ketika ia berteriak , kupingku berdenging. Tapi aku harus akui, aku ga punya kebranian seperti dia. Saldy.. yg ga berhenti senyum. Aku sadar, aku dikelilingi orang orang hebat.
Hari ini Aku tdk sama sekali cerita aku pemenang Masterchef. Takut! jangan2 mereka berpikir “kok seorang masterchef kaku amat ya ? Atau mereka berpikir ini pemenang yg mulai ga laku krn ga pernah muncul di tv seperti yg lain, tanpa mengerti visi awalku? APA KATA DUNIA??? inikah Beban menjadi public figure yang tidak lagi dikenal orang??? DAN.., bagaimana dgn tanggungjawabku ke Merry Riana yg mengundangku untuk hadir, masakah aku tidak menghargai wanita hebat ini? Kalau tidak hadirdari awal mungkin lebih baik, daripada setengah2. Arrrgggg…. my thought is killing me. The battle is even stronger now. Selesai sudah hari 1. Aku pulang dengan lunglai. Menjawab suami yg bertanya:” gimana?” Aku menjawab lesu…. :” ya gitulah”. I am tired mentally rather than physically. I tried to sleep, but couldnt. it was 2 am and I was awake. HELP!
Merry,
Alarmku berbunyi, jam 6 pagi. Aku langsung loncat dari tempat tidur mengambil waktu utkku bertemu Tuhan dan bersyukur, membaca Firman yg jadi kekuatan hidup. Itu juga kan yang kamu ajarkan? Bahwa kita harus beryukur.Segera sesudah itu, aku lanjutkan vision board yg masih 1/2 kosong itu. Ya… lumayanlah… lebih baik dan lebih tajam dari kemaren. Buru2 mandi dan minta suami mengantarku ke ibis. dlm perjalanan ke hotel, aku membuka wasap dan membaca pesan dari Jejes ” “bu Desi pernah trauma ya?” Aku tertawa. Mungkin krn Jejes belom berhasil mendorongku utk maju ke depan. Dalam hati aku berkata “ini anak kecil ada ada aja” ku balas wasapnya demikian “sedang menggali ya?” berhenti sampai disana. Tiba di hotel, Here I am again, half hearted… .
Seperti yg ku duga, posisi kursi diubah dan group sparta 1 pindah ke belakang. Lega. bisa ngumpet. Bella dan Jejes menyambut dengan senyum sejuta dollarnya. Tapi aku hanya senyum mesem. Hari ini dipastikan semua akan makan api. hm… takut?? Gak juga. Aku terlalu yakin pasti aman. Tapi apakah itu perlu? Kan KATAnya hrs JUJUR dgn diri sendiri? Dan … JUJUR aja, Menurutku gak perlu2 banget kali. Hm.. di lubuk hatiku yg paling dalam ; aku tau, bahwa aku sedang memanipulasi statement2 positive ini utk hanya utk jadi benteng pertahananku. Sesi terus berjalan, aku gelisah dan membuka hp. Pura2 ngecek wasap , email dll sementara otak mencari2 alasan utk kabur. Rencanaku utk mengajak Livia kabur ke Mangga Dua, minimal bisa makan bihun bebek . Lagi pura2 sibuk cek hp, salah satu coach entah coach Bella atau Jejes ( krn aku tidak menoleh kebelakang) menegurki utk konsen dulu dan ga main hp. Dalam hatiku ini bukan topik baru, jadi aku tdk hiraukan krn memang niat kabur . hmm…Saat makan siang aja, perfect time to run away.
Keinginan itu terhenti ketika game WHY dimainkan. Udah tau sih inti game nya. tapi kok , peserta belom juga mulai, dan ketika peragaan dilakukan , aku sudah mengambil tissue utk mengelap airmata. INI BELOM MULAI LHO! konyol banget kan? Sebagai orang pertama yg hrs memegang kertas, aku menantang pak Tjendra. Bukannya ia yg baper, aku malah menangis saat berkali2 bertanya WHY kepadanya. Menangis krn seolah-olah aku bisa membaca isi hatinya. bahwa ia bisa bermimpi lebih besar lagi, bukan hanya utk diri tapi utk keluarga dan kotanya. why? why? why? Salah kaprah, teman2 groupku memberi high 10 kepadaku, dan mereka jadi bingung ketika tau kok malah aku yg menangis saat bukan giliranku… hmm…memang agak aneh.
Giliranku, tidak terlalu significant, krn aku tau yg ku mau, walau terdengar klise, tapi aku ingin keluarga dan anak2 ku menjadi dampak buat generasi dan bangsanya. Dan membuat Tuhan tersenyum bangga akan hidup kami sebagai keluarga. Ini adalah doaku dari awal ketika anak2 saya ada di dalam kandungan.
Gara gara why game. keinginanku utk pulang tinggal 20%. Saat makan siang bareng2 lagi, aku utarakan ke teman2 ku niat utk pulang. Vivi, wanita dahsyat ini menahan dengan berkata: “udah, experience aja lah”! Well… ga ada salahnya juga experience something new. Disini aku akhirnya membuka diri dan cerita2 bahwa aku adl chef Desi. Aku AKHIRNYA memutuskan utk stay hingga akhir walaupun sering melirik jam tangan .. kapaaan selesainya??? Tapi kurasakan bebanku berkurang, bisa tertawa lepas dan ada kelegahan di dada.
Merry,
energimu luar biasa. Gaya panggungmu tidak pernah membuatku bosan. Ceritamu membuatku geleng2 kepala, ga habis pikir mendengar ” langkah gila” Merry utk foto bersama Anthony Robbins. ASLI, ini cewek GILA! Aku harus setuju bahwa hanya orang2 gila yg bisa mengubah dunia menjadi lebih baik. Terpanah membaca tulisan ttg halangan2 awal dirimu utk maju. Ternyata Merry Riana, kamu wanita biasa yg juga seringkali mau menyerah. tapi kamu memilih tidak menyerah karena kamu tau harga utk menyerah itu terlalu… amat … sangat… mahal.Dan kontribusi yg kamu lakukan lewat training2 Life Mastery ini adl langkah yg bijak utk membangun mental “saya bisa” buat generasi dan bangsa ini. Salut!
Merry,
gara gara ikut Life Mastery, aku jadi lebih berani. Aku bisa handle ketakutan itu. Aku berketetapan hati bahwa “saya bisa” Everything is gonna be ok. trust the process walaupun aku ga suka. anyhow… just do it.
Merry…
ini doaku, bahwa Tuhan mencurahkan kasih dan kekuatannya utkmu dan keluarga. Keluarga yang takut akan Tuhan, berjalan dalam iman, tau bahwa Tuhan ada di setiap masa hidupmu dan memberi upah buat orang yg sungguh2 mencari Dia. Merry dan pak Alfa menjadi pasangan yang utuh dan kuat, tetap mencintai dlm segala keadaan . Cinta adalah keputusan, bukan sekedar perasaan. Anak2mu menjadi anak2 yg kuat dan berdampak. Biar Perkenanan Tuhan menyertai langkah2 hidup kalian. Indonesia beruntung memiliki wanita sepertimu. Tuhan memberkati. Amin.
Always
Desi Trisnawati
By the grace of God
Winner Masterchef Indonesia season2